Senin, 06 November 2017

"HE WANTS TO BE BLUE", ALEXIS SANCHEZ BUKAN KADO IDEAL UNTUK PEP GUARDIOLA


Suporter City bernyanyi "he wants to be blue" di laga kontra Arsenal, namun Alexis tampaknya bukan pemain yang layak berada di skuat Pep.

"Alexis Sanchez, he wants to be blue," begitu nyanyian yang membahana di Etihad Stadium saat Manchester City meladeni Arsenal dalam matchday 11 Liga Primer Inggris.

Menandakan para loyalis The Citizens masih mendambakan superstar Cile tersebut berada di barisan serang tim kesayangan mereka. Akan tetapi, bila menilik performa sang bintang tadi malam, patut dicermati kembali apakah layak Alexis jadi bagian dari skuat Pep Guardiola?

Menganalisis pergerakan dan pola permainan City, mereka bermain begitu klinis, naluriah, cepat dan tajam. Alexis menunjukkan beberapa atribut ini dihadapan klub yang ngebet meminangnya di bursa transfer musim panas lalu itu. Namun, tidak memuaskan. gaya penguasaan bola secara individual yang begitu dominan di diri Alexis kontradiktif dengan sistem yang diusung Guardiola.

Tak jarang, Alexis beberapa kali menerima kritik bahwa dia cenderung tipikal pemain solois, seorang gladiator yang mampu menguasai area pertahanan lawan akan tetapi kurang melebur dalam struktur kolektivitas kesatuan tim, terlebih bila berbicara segi defensivitas. Alexis terbilang tak cukup punya andil di sektor itu. Celakanya, Wenger malah senang "memanjakan" bintang kesayangannya itu untuk bermain liar dalam skema penyerang tunggal di depan, walau itu bukan posisi alami sang pemain.

Menghadapi Manchester Biru, Wenger membuat kejutan dengan menumpuk pemain di sektor tengah ke barisan balakang dalam formasi 5-4-1 dengan Francis Coquelin memainkan peran yang tak familiar, yakni sebagai bek sentral, dan Alexis didorong untuk berdiri tunggal di depan, memimpin situasi menekan dan serangan balik dengan bantuan Mesut Ozil dan Alex Iwobi di belakangnya.
Hasilnya, suplai bola ke Alexis justru seret lantaran kurangnya manuver dari rekan-rekan yang berada di dekatnya. Hingga akhirnya Alexandre Lacazette dimainkan untuk membantu meningkatkan daya dobrak tim.

Alexis dikembalikan ke posisi semula sebagai winger. Hanya saja, dia tetap tidak memperlihatkan penampilan kolektif yang baik. Apalagi, bila mengevaluasi terjadinya gol ketiga City -- setelah sebelumnya tuan rumah unggul 2-1 melalui gol Kevin De Bruyne dan Sergio Aguero yang dibalas Lacazette -- saat David Silva berada di sisi pertahanan Arsenal untuk mengkreasikan gol Gabriel Jesus. Alexis tak segera menutup celah di sayap kiri pertahanan tim setelah sebelumnya membuat kesalahan dengan kehilangan bola. secara garis besar, performa Alexis di depan calon klub barunya ini malah terbilang tidak mewakili 'The Pep Guardiola way'.

Akan menjadi PR besar bagi eks pelatih Barcelona itu apabila mewujudkan perekrutan Alexis di bursa transfer berikutnya. Lagipula, Guardiola sepatutnya puas terhadap kontribusi yang telah dipersembahkan barikade ujung tombaknya seperti Aguero, Jesus, Raheem Sterling, Leroy Sane dan Bruyne yang telah mengumpulkan 30 gol atau 90 persen lebih dari total 38 gol yang berhasil dicetak City. Bandingan dengan catatan Alexis yang baru mengepak satu gol sepanjang musim ini! Tak ada kesan sebagaimana publik sepakbola Inggris biasa menyaksikan permainan indah dari bekas pesepakbola jalanan ini dalam beberapa musim ke belakang.

Musim lalu, Alexis berhasil mengumpulkan 30 gol dan 15 assist, membuatnya jadi penampil terbaik Arsenal. Dia berubah 180 drajat ketika pendekatan serius yang dilakukan City sedikit banyak membuat pikirannya terganggu. Perlahan, ada atensi lebih dari Alexis untuk klub tajir Inggris itu. Arsenal lalu mengambil langkah konkret untuk menjual dia ke rivalnya tersebut. Di hari tenggat transfer kemarin, publik sepakbola Inggris tampak akan mendapati berita besar bergabungnya Alexis ke Etihad Stadium. Pada akhirnya, Wenger seketika mencabut kesepakatan yang hampir pasti tercipta antara kedua klub karena sang manajer gagal mendapatkan tanda tangan bintang muda AS Monaco Thomas Lemar, yang diproyeksikan untuk menggantikan peran Alexis.

Sejak saat itu, bahasa tubuh Alexis jadi serba tidak menentu. Dia bermain bak setengah hati di beberapa pertandingan. Bahkan sempat tersiar spekulasi jika anak Cile ini akan memboikot untuk tidak tampil bagi Arsenal karena transfer dia urung terealisasi. Seharusya, bila pemain 28 tahun itu berhasrat mengenakan seragam Manchester Biru, tadi malam adalah momentum emas untuk pamer kapabilitas. Namun performa buruk dalam kekalahan 3-1 tadi malam harusnya jadi bahan pertimbangan serius Guardiola untuk menimbang baik-buruknya merekrut Alexis di pasar jual-beli pemain selanjutnya.



Promo Bonus 100% Deposit New Member Sporstbook
Promo Full Rollingan 1% CASINO
Promo Cashback 5 - 10 % Sporstbook
Mari bergabung bersama kami di rajavip.com
Untuk Informasi Selanjutnya silahkan menghubungi CS 24 jam kami
Yahoo Messenger : cs.rajavip@yahoo.com
Blackberry Messenger : 25A9E0D4
Livechat : Tersedia di website kami di www.rajavip.com
Via Hp : wap.rajavip.com

0 komentar :

Posting Komentar