Minggu, 08 Oktober 2017

APAKAH JUPP "THE GODFATHER" HEYNCKES MASIH BERTANGAN DINGIN?



Pro dan kontra menyeruak seiring keputusan Bayern Munich memanggil "The Godfather" dari masa pensiun, untuk duduk di kursi pelatih.

Tedapat tiga kompetitor berkualitas dalam isu pencarian Bayern Munich atas sosok pelatih baru, usai memecat Carlo Ancelotti dua pekan lalu. Tiga sosok tersebut adalah Thomas Tuchel, Julian Nagelsmann, dan Jurgen Klopp.

Dari ketiga nama tersebut, Tuchel menjadi figur paling realistis menimbang dua kompetitor lainnya yang masih terikat kontrak di klubnya masing-masing. Kiprahnya kala menukangi Mainz 05 dan Borussia Dortmund juga dipandang brilian, meski hanya persembahkan satu trofi DFB-Pokal Jerman.
Namun dalam tiga hari terakhir, Bayern secara mengejutkan mengapungkan rumor akan memanggil kembali pelatih legendarisnya, Jupp Heynckes. Tepat pada Jumat (6/10) kemarin, Die Roten pun resmi mengumumkan bahwa Heynckes akan menjabat sebagai pelatih kepala hingga akhir musim.

Heynckes sama sekali bukan sosok pelatih yang bisa Anda remehkan. Dia adalah salah satu trainer terbaik yang pernah dimiliki Jerman dan dunia sepakbola. Julukan populernya, "The Godfather", merepresentasikan dengan tegas seperti apa kebesarannya.

Memulai karier kepelatihan sejak 1979 dan sempat mengakhirinya pada 2013 lalu, Heynckes menandai kebesarannya lewat sederet trofi bergengsi. Dua belas gelar dipersembahkan, dengan dua di antaranya merupakan trofi Liga Champions.

Alasan Heynckes bisa bertahan di level tertinggi sepakbola selama lebih dari tiga dekade, adalah ketidaksungkanannya belajar dan beradaptasi dengan taktik sepakbola modern. Dia pernah juara di era formasi 5-3-2, 3-5-2, 4-4-2, 4-3-1-2, sampai yang terkini 4-3-3.

Meski menggunakan beragam formasi disertai pendekatan berbeda, Heynckes tak pernah meninggalkan sekalipun filosofinya yakni sepakbola disiplin. Sepakbola yang sederhana tapi sempurna, dengan minimnya rasio kesalahan plus tingginya determinasi.

"Sepakbola saya sederhana. Saya ingin pemain saya disiplin di atas lapangan, dengan tak membuat kesalahan dari rencana awal. Terpenting dari itu semua pemain bisa menerjemahkannya lewat determinasi tinggi di sepanjang laga," tutur Heynckes, seperti dilansir Sky Sport Germany.

Berbicara Bayern, sejarah mengatakan jika Heynckes dan Bayern punya relasi yang dalam. Kembalinya figur berusia 72 tahun tersebut ke kursi pelatih musim ini bahkan jadi periode keempatnya di FC Hollywood.

Sebelumnya Heynckes pernah memimpin Bayern pada 1987-1991, 2009, dan 2011-2013. Jadi jangan sanksikan pemahamannya soal kondisi internal dan eksternal tim terbesar Jerman tersebut.
Presiden Bayern sekarang, Uli Hoeness, jadi sosok di balik rekatnya relasi klub dan Heynckes. Dialah orang pertama yang mengenalkan sang pelatih dengan Die Bayern pada 1987. Bersama-sama dua sosok yang akhirnya jadi sahabat karib itu membawa Bayern ke puncak tertinggi dalam sejarah klub, lewat treble winners pada 2013 lalu.

Jadi sejatinya bukanlah sebuah kejutan, jika Hoeness kembali meminta pertolongan sahabatnya itu di tengah krisis yang Bayern hadapi saat ini. Alih-alih menunjuk Tuchel, yang dipandang meragukan karena tak biasa mendapat tekanan melatih tim sebesar The Bavarian.

"Kami sudah mempertimbangkan berbagai opsi dengan sangat matang. Diskusi dalam yang saya lakukan dengan [Hasan] Salihamidzic dan Hoeness akhirnya menunjukkan sekali lagi, jika Heynckes adalah pilihan terbaik. Dia sempurna untuk Bayern saat ini dan hubungan kami dengannya sangat-sangat baik," ujar CEO Bayern, Karl-Heinz Rummenigge.

Namun menginjak ke ranah kontra pertanyaan lantas mengemuka, apakah "The Godfather" Heynckes masih bertangan dingin? Sempat memutuskan pensiun pada musim panas 2013, lantas kembali setelah empat tahun lebih vakum dari tepi lapangan hijau bukan perkara enteng.

Kecerdasan taktiknya besar kemungkinan tak lagi diasah selama masa vakumnya. Dinamika sepakbola yang terjadi baik di Jerman maupun Eropa tentu sudah berbeda. Apalagi komposisi, tekanan, dan situasi Bayern yang tak sekondusif 2013 lalu.

Heynckes dihadirkan bukan untuk sekadar menyelamatkan Bayern dari sederet hasil negatif. Bukan pula menyelamatkan Bayern untuk tetap ada di empat besar Bundesliga atau melaju jauh di Liga Champions.

Eks nakhoda Real Madrid ini dihadirkan untuk menjaga peluang Bayern menjuarai tiga kompetisi berbeda yang diikutinya musim ini, termasuk Liga Champions.

Terlalu berlebihan memang. Namun dengan ikatan kerjanya yang berlangsung hingga akhir musim nanti, secara tersirat Heynckes memang dituntut untuk itu. Menjadi juara di setiap kompetisi, merupakan keniscayaan bagi Bayern.

Satu hal yang pasti dan krusial dalam keputusan Bayern memperkerjakan kembali Heynckes adalah kebutuhan mereka memperbaiki atmosfer ruang ganti tim. Isu itulah yang sebelumnya disebut-sebut sebagai alasan utama pemecatan Ancelotti.

Hoeness sempat mengungkap terdapat lima pemain yang menentang kebijakan Ancelotti, sehingga ruang ganti Bayern tak lagi kondusif. Mereka menganggap Don Carlo terlalu lembek dan santai dalam memimpin sesi latihan.

Heynckes dengan kedisiplinan tingginya dipercaya bakal mengubah suasana sesi latihan secara lebih radikal. Atmosfer itulah yang diyakini lebih disukai oleh Thomas Muller cs.

"Heynckes punya sikap yang begitu lembut, seperti Santo. Namun ketika sesi latihan dimulai, dia amat disiplin dan keras," ungkap asalah satu asistennya di Bayer Leverkusen dahulu, seperti dikutip Bild.

Jadi apakah memang The Godfather masih bertangan dingin? Mari kita nantikan dampak yang mampu diberikan Heynckes pada Bayern musim ini.



Promo Bonus 100% Deposit New Member Sporstbook
Promo Full Rollingan 1% CASINO
Promo Cashback 5 - 10 % Sporstbook
Mari bergabung bersama kami di rajavip.com
Untuk Informasi Selanjutnya silahkan menghubungi CS 24 jam kami
Yahoo Messenger : cs.rajavip@yahoo.com
Blackberry Messenger : 25A9E0D4
Livechat : Tersedia di website kami di www.rajavip.com
Via Hp : wap.rajavip.com

0 komentar :

Posting Komentar