Sabtu, 21 Mei 2016

Kembalinya 'El Glorioso' Deportivo Alaves ke La Liga

Kembalinya El Glorioso Deportivo Alaves ke La Liga

RAJA VIP  -  Liga top Eropa kebanyakan sudah menyelesaikan kompetisinya. Tentu yang menjadi menarik bukan saja terkait kesebelasan yang berhasil menjadi juara, dan tim yang harus degradasi. Cerita juga menjadi milik kesebelasan-kesebelasan yang promosi ke level kompetisi yang lebih tinggi.

Di divisi kedua La Liga Spanyol, Leganes kini duduk di posisi pertama sekaligus paling dekat untuk promosi ke Primera Division. Namun, Deportivo Alaves yang kini menyusul di peringkat kedua, punya cerita yang menarik perhatian.

Bagi para penggemar La Liga era saat ini, nama Deportivo Alaves mungkin terdengar asing. Pasalnya, terakhir kali Alaves berlaga di La Liga terjadi satu dekade lalu atau pada musim 2005/2006. Pada musim tersebut Alaves terdegradasi ke Segunda Division setelah mengakahiri musim di peringkat ke-18.

Pada akhir milenium lalu, Alaves adalah salah satu tim favorit di sepakbola Spanyol. Mereka adalah tim yang mendobrak dominasi dari dua kekuatan tradisional, Barcelona dan Real Madrid. Prestasi terbaik mereka adalah ketika berhasil melaju ke partai final Piala UEFA (kini Liga Europa) pada 2001. Di final, Alaves dikalahkan oleh Liverpool dengan skor 4-5 setelah melalui perpanjangan waktu.

Berawal dari Sebuah Rasa Iri

Dalam sejarahnya, daerah Basque memang dihuni oleh kesebelasan-kesebelasan hebat seperti Athletic Bilbao yang seakan menjadi maskot region tersebut karena kebijakan penggunaan pemain asli Basque yang terus mereka pertahankan. Lalu, ada Real Union dan Real Sociedad yang memiliki sejarah panjang di sepakbola Spanyol.

Namun tim-tim tersebut berasal dari daerah-daerah utara Basque. Hal ini kemudian membuat rasa iri muncul dari orang-orang Basque yang berada di bagian selatan. Di daerah yang kebanyakan dataran tinggi tersebut belum punya kesebelasan.

Akhirnya atas inisiatif dari Hilario Dorado, seorang pegawai administrasi Kereta Api, dibentuklah sebuah kesebelasan di Alava, daerah selatan Basque, dengan nama Sport Friends. Nama tersebut kemudian berganti menjadi Deportivo Alaves pada 1921 agar bisa lebih mewakili daerah Alava yang memang menjadi basis kesebelasan tersebut.

Alaves hanya membutuhkan waktu delapan tahun sejak pertama kali dibentuk untuk akhirnya melaju ke Primera Division La Liga. Momentum sebenarnya juga terjadi pada musim 1928/1929. Namun karena kalah bersaing pada fase inagurasi maka mereka harus menunda promosi mereka ke level kompetisi teratas. Akhirnya semusim berselang mereka berhasil promosi sekaligus berhasil menjadi juara Segunda Division. Musim tersebut juga menjadi spesial karena mereka berhasil melaju ke babak perempatfinal Copa del Rey.

Juan Arrengui Garay dan Masa-masa Keemasan Alaves

Setelah berhasil melaju ke Primera Division, Alaves kemudian harus kembali merosot ke Segunda Division tepat ketika dimulainya Perang Dunia II. Klub yang bermarkas di Stadion Mendizorroza ini hiatus dari kompetisi level tertinggi sepakbola Spanyol selama 42 tahun.

Tahun 1990, menjadi titik balik bagi Alaves. Juan Arregui Garay yang terpilih sebagai presiden baru kemudian melakukan revolusi besar-besaran. Selain melakukan modernisasi terhadap Stadion Mendizorrora, Arregui Garay juga kemudian menunjuk pelatih yang dirasa tepat untuk menangani Alaves.

Meskipun pada awalnya kesulitan untuk bisa membawa Alaves melaju ke Primera Division, di tangan Jesus Aranguren Alaves kemudian berhasil kembali ke kompetisi level top pada 1998. Pada musim tersebut, Alaves mencatatkan rekor poin tertinggi di Segunda Division yaitu dengan berhasil mengakhiri kompetisi dengan 82 poin.

Meskipun berhasil membawa Alaves melaju ke Primera Division, tempat Aranguren kemudian digantikan oleh Jose Manue 'Mane' Esnal yang berhasil membawa Levante tampil hebat di Segunda.

Dibawah arahan Mane Esnal, Alaves menjadi kesebelasan yang bermain luar biasa meskipun tidak mampu menjadi juara. Setelah menyelesaikan musim 1999/2000 di peringkat keenam (posisi terbaik yang pernah mereka capai), Alaves kemudian mendapat tiket lolos berlaga di UEFA Cup, untuk kali pertama dalam sejarah mereka.

Martin Herrera yang berposisi sebagai kiper menjadi pahlawan dalam musim tersebut karena berhasil menjaga gawang nya hanya kemasukan dengan rataan 0,97 per pertandingan. Herrera juga meraih Zamora Trophy atau penghargaan untuk kiper terbaik di Liga Spanyol pada edisi tersebut.
Musim 2000/2001 tentu menjadi sesuatu yang selalu dikenang oleh para pendukung Alaves. Mereka bermain bagus di Primera Division dan berhasil melaju ke partai final Piala UEFA.

Transfer menjadi salah satu penyebab kesuksesan Alaves pada musim tersebut. Mereka mendatangkan pemain-pemain yang kemudian menjadi kunci kesuksesan tim pada kala itu, mulai dari Cosmin Contra, Ivan Tomic, dan Ivan Alonso berpadu dengan para penggawa lama seperti Martin Herrera yang berposisi sebagai kiper, serta Jordi Cruyff dan Martin Astudillo.

Javi Moreno menjadi rekrutan terbaik di era Mane Esnal. Penyerang yang kemudian membela AC Milan tersebut menjadi mesin gol bagi Alaves, meskipun masih berusia muda. Didatangkan dari Barcelona B, Moreno sempat dipinjamkan ke Numancia. Seiring dengan promosi ke Primera Division dan bermain di Eropa semusim setelahnya, Moreno nyatanya kemudian menjadi andalan Alaves dalam membongkar gawang lawan.

Partai final Piala UEFA pada 2001 juga menjadi ajang pertunjukan bagi bakat Moreno. Ia berhasil mencetak dua gol ke gawang Liverpool yang dikawal Sander Westerveld. Meskipun pada akhirnya ia gagal membawa timnya ke tangga juara. Hingga akhirnya hijrah ke Italia, Moreno selalu dikenang oleh para pendukung Alaves sebagai penyerang yang berbahaya di kotak penalti lawan.

Krisis dan Kebangkitan Kembali

Alaves yang kala itu berlaga di Segunda Division, kemudian menjual 51% saham klub kepada penguaha Amerika Serikat berdarah Ukraina, Dmitry Pietrman, pada 2004. Namun yang terjadi kemudian justru di luar harapan. Alaves selalu kesulitan untuk meraih tiket promosi untuk kembali ke Primera Division.

Sempat kembali ke level tertinggi pada 2005, Alaves akhirnya harus kembali ke Segunda. Penyebab utamanya adalah kesulitan keuangan yang dialami klub ketika berada dalam kepemimpinan Pietrman. Alaves tidak bisa mengontrak pemain-pemain yang berkualitas agar bisa bersaing secara kompetitif di level tertinggi.

Hubungan antara Pietrman dengan para direksi klub yang lain juga tidak terlalu baik. Pun dengan para pemain-pemain Alaves. Kasus tidak dibayarkannya gaji kala itu juga semakin membuat Pietrman berada di ujung tanduk. Akhirnya pada Maret 2007 Pietrman menjual sahamnya di Alaves. Ia meninggalkan Alaves dengan utang yang menumpuk hingga mencapai 23 juta Euro.

Di tengah krisis keuangan, hal buruk kemudian kembali menimpa Alaves. Mereka bahkan harus turun dari Segunda Divison dan bermain di Segunda B karena menempati posisi ke-19 di klasemen akhir pada musim kompetisi 2008/2009.

Angin segar datang tepat tiga tahun setelah Alaves terus berkutat di Segunda B. Pada 2 April 2011, Josean Querejeta seorang pengusaha sukses dan presiden klub basket Saski Baskonia, kemudian mengambil alih klub atas nama Avelino Fernandez. Kemudian pada 24 Juni 2014, setelah perdebatan panjang di antara para investor, Avelino Fernandez kemudian ditunjuk sebagai pimpinan baru Alaves. Kala itu, Avelino Fernadez memasang target untuk mengembalikan Alaves ke level kompetisi tertinggi.

***

Memiliki julukan El Glorioso yang berarti "The Glorious One" menanti kembalinya Alaves ke kancah La Liga tentunya patut dinantikan. Sebelum Atletico Madrid, Valencia, dan Sevilla, yang kini mengganggu superioritas Real Madrid dan Barcelona, Alaves terlebih dahulu muncul sebagai pengganggu.




Promo Bonus 100% Deposit New Member Sporstbook
Promo Full Rollingan 0.7% CASINO
Promo Cashback 5 - 10 % Sporstbook
Mari bergabung bersama kami di rajavip.com
Untuk Informasi Selanjutnya silahkan menghubungi CS 24 jam kami
Yahoo Messenger : cs.rajavip@yahoo.com
Blackberry Messenger : 25A9E0D4
Livechat : Tersedia di website kami di www.rajavip.com
Via Hp : wap.rajavip.com

0 komentar :

Posting Komentar