Kamis, 10 Maret 2016

Inter Belum Bangkit di Serie-A, Mereka Masih Labil!

Inter Belum Bangkit di Serie-A, Mereka Masih Labil!
RAJA VIP - Entah mengapa pragmatisme lebih sering berujung dengan sifat-sifat keras kepala. Apalagi jika pragmatisme itu terbentuk melalui kebenaran dari hasil objektivitas individu, semakin keras kepala saja jadinya. Kira-kira pragmatisme itulah yang berada di dalam kepala Roberto Mancini, pelatih Internazionale Milan.

Ia memang tidak pernah peduli kepada nada sumbang yang keluar masuk telinganya. Nada sumbang itu malah sudah sering didapatkannya sejak masih menjadi manajer Manchester City. Bahwasannya banyak yang menganggap permainan bertahan racikannya tidak cocok di Liga Primer Inggris. Tapi pelatih asli Italia itu tidak mempedulikannya. Terpenting baginya adalah berhasil menggondol tropi Liga Primer Inggris 2011/2012 dan gelar lain seperti Piala FA 2010/2011 dan FA Community Shield 2012.

Mancini sempat menyeberang ke Liga Turki melatih Galatasaray. Meraih gelar Liga Super Turki dan kembali melatih Inter Milan, kesebelasan yang pernah ditukanginya sebelum City. Mancini melatih Inter sejak 2004 sampai 2008, hingga Massimo Moratti, presiden Inter saat itu, lebih tertarik kepada Jose Mourinho untuk memenuhi ambisinya meraih treble winner.
Tapi Mancini tidak merasa trauma karena pernah ditendang dari Stadion Giuseppe Meazza. Lagian Moratti bukan orang nomor satu lagi di Inter. Sebab, Mancini tidak harus menuruti keinginan Moratti lagi karena kepresidenan Inter sudah beralih kepada Erick Thohir. Kendati demikian, tetap saja pragmatisme Mancini tidaklah hilang seperti rasa traumanya di Kota Milan.

Awalnya, pragmatisme Mancini berjalan dengan lancar. Mulai dari merekrut para pemain incarannya seperti Geoffrey Kondogbia, Ivan Perisic, Jeison Murillo, Joao Miranda, Felipe Melo, Stevan Jovetic, Adem Ljajic, Martin Montoya dan lainnya.

Kecuali Montoya, seluruh pemain baru Inter itu berhasil menjadi kepingan penting musim ini. Mereka memulai musim bersama Inter dengan formasi 4-3-1-2. Lima pertandingan awal Serie-A 2015/2016 dijalani dengan sempurna alias memenangkan seluruh laga. Inter pun menduduki puncak klasemen sementara musim ini dari pekan ke-3 sampai ke-5.

Tapi jika disimak Inter selalu menang dengan selisih satu gol, entah itu 1-0, atau dengan skor 2-1. Formasi 4-3-1-2 masih menjadi andalan. Hanya saja ketika ketika menghadapi Hellas Verona pada partai giornata kelima, Mancini mengubah formasinya menjadi 4-3-2-1.

Sebuah tembakan peringatan pun meledak. Setelah lima pertandingan yang sempurna, Inter babak belur dihajar Fiorentina dengan skor 4-1. Kekalahan itu terjadi ketika Mancini mengubah formasinya menjadi 3-5-2 pada giornata keenam itu.

Kekalahan besar di kandang sendiri, di Stadion Giuseppe Meazza itu, amat mempengaruhi mental para pemain. Memalukan. Rasa malu itu setara dengan pemeran opera sabun yang terpeleset karena hak sepatunya patah. Sejak itu Inter sulit menang. Tiga laga berikutnya dirampungkan tanpa kemenangan. Mereka ditahan imbang Sampdoria, Juventus dan Palermo.

Uniknya, Mancini menerapkan formasi berbeda saat melakoni setiap tiga laga beruntun itu. Ketika melawan Sampdoria, Inter bermain dengan 4-3-2-1. Kemudian formasi 4-3-3 melawan Juventus dan 4-4-2 ketika menghadapi Palermo.

Mulai dari situlah konsistensi taktik Mancini diuji. Ia kerap bongkar pasang formasinya dalam beberapa pertandingan berbeda. Total, Inter menggunakan enam taktik berbeda dari 17 laga Serie-A 2014/2015.

Kendati demikian, pergantian formasi itulah yang membuat Inter berada di puncak klasemen lagi pada pekan ke-13, kemudian berada di sana dari pekan ke-15 sampai pekan ke-18.

Hadiah Santa Klaus Untuk 'Elang'

Inter menutup tahun 2015 dengan buruk. Di luar dugaan, mereka dikalahkan Lazio dengan skor 1-2. Saat itu Inter bermain sangat buruk, terlebih kesalahan fatal yang dibuat Melo. Gelandang asal Brasil itu banyak melakukan kesalahan indivual. Melo salah mengoper bola sebanyak 10 kali.

Kesalahan Melo yang paling fatal adalah memberikan penalti untuk Lazio setelah melanggar Sergej Milinković-Savić. Pelanggaran itu dilakukan di dalam kotak penalti. Keuntungan untuk Lazio. Eksekusi Antonio Candreva dari titik putih memang berhasil ditepis Samir Handanovic, namun bola muntah kembali disambar Candreva. Sehingga skor 1-1 berubah menjadi kekalahan Inter dengan kedudukan 1-2.

Bukan hanya kalah, tendangan kungfu kepada Lucas Biglia menjadi insiden yang paling disorot. Melo langsung diganjar kartu merah pada menit 90. Insiden itu membuat Mancini berang. Awalnya ia membuat pembelaan kepada Melo, namun Mancini berubah pikiran tentang Melo, "Dia melakukan sesuatu yang bodoh. Sebenarnya,ia melakukan dua kesalahan bodoh. Saya pikir melakukan pelanggaran kepada Lucas Biglia karena gugup setelah memberikan penalti itu," ujar Mancini dengan gusar.

Tragedi Melo adalah salah satu bagian dari pragmatisme transfer Mancini sendiri. Mancini-lah yang bersikeras mendatangkan Melo ke Stadion Giuseppe Meazza. Awalnya, Mancini merasa klop dengan Melo sewaktu bersama-sama di Galatasaray. Kini Melo justru sering merugikan Mancini. Pasalnya, sejak insiden tersebut, ruang ganti Inter sering memanas. Mancini lebih sering mengeluarkan kalimat-kalimat pedas yang menyindir para pemainnya.

Sementara insiden tersebut justru menjadi hadiah bagi Lazio, klub yang sudah dianggap saudara bagi Inter. Natal 2015 telah berpihak kepada Lazio dan Inter mengakhiri 2015 dengan penyesalan.

Horor di 2016

Bursa transfer Januari 2016 telah dibuka. Inter mencari celah untuk memperbaiki diri. Beberapa nama sudah dikantongi Mancini, mulai dari Gregory van der Wiel, Ezequiel Lavezzi, Dries Mertens, Manolo Gabbiadini, Martin Caceres, Citadin Eder dan lainnya. Tapi Mancini hanya bisa gigit jari setelah klub lebih berhati-hati melakukan transfer karena bayang-bayang Financial Fair Play (FFP). Hanya Eder yang berhasil didatangkan ke Kota Milan. Ia diharapkan menjadi mesin gol yang baru bagi kesebelasan berjuluk I Nerazzurri tersebut.

Kendati demikian, Inter masih belum kunjung bangkit setelah mengalami Natal yang buruk. Paling kentara adalah saat Inter kalah dengan kebobolan tiga gol dalam dua laga beruntun. Pertama, mereka dikalahkan Juventus dengan skor 0-3. Kekalahan itu pun menyingkirkan Inter dari ajang Copa Italia 2015/2016. Inter kembali dikalahkan AC Milan dengan skor yang sama pada pekan ke-22 Serie A.

Inter yang sebelumnya jago dalam duel udara, kebobolan oleh sundulan Alex, bek Milan. Gol itu menjadi yang pertama bagi Inter kebobolan melalui duel udara pada musim ini. Kemudian Inter semakin gelagapan menghadapi bola udara. Mereka diberondong tiga gol oleh Hellas Verona dan seluruhnya melalui duel udara.

Kesabaran Mancini nampak habis ketika dikalahkan Fiorentina. Ia merencanakan ritiro untuk skuatnya jelang menghadapi Sampdoria. Istilah ritiro adalah pemusatan latihan yang membatasi kegiatan anak asuhnya. Rencananya, ritiro akan digelar tertutup di Appiano Gentile agar skuatnya fokus kepada latihan.

Hasilnya memang cukup mengesankan. Inter berhasil mengalahkan Sampdoria dengan kedudukan 3-1. Mauro Icardi dan kolega tampil mengesankan saat itu. Serangan begitu variatif dan diperkuat oleh lini belakang sangat solid. Mereka begitu percaya diri menjelang pertandingan melawan Juventus. Layaknya anaconda yang mengincar gerombolan zebra saat menyebrangi rawa-rawa amazon.

Tapi, superioritas Inter saat mengalahkan Sampdoria, seolah hilang di Juventus Stadium. Inter justru takluk oleh rivalnya itu dengan dua gol tanpa balas. Tapi mereka dipertemukan kembali di leg kedua semifinal Coppa Italia 2015/2016.

Ya, Inter berhasil menang 3-0, namun kalah dalam adu penalti menunjukan mental Inter sedang sakit dan terganggu. Rodrigo Palacio gagal menjadi eksekutor kedua Inter. Padahal, ia tergolong pemain yang kenyang dengan pengalaman. Inter pun gagal bertemu dengan Milan di final Coppa Italia. Tapi kegagalan itu ditebus dengan mengalahkan Palermo di Serie-A. Inter mulai bangkit lagi, namun kekhawatiran tetap ada.

Kemenangan itu ditakutkan seperti yang sudah terjadi. Setelah melipur lara para suporternya, mereka kembali gagal meraih hasil maksimal. Bukankah Inter sempat mengalahkan Empoli sesudah dikalahkan Lazio? Tapi mereka sulit meraih kemenangan pada partai-partai selanjutnya.

Kebangkitan Inter pun menjadi terasa labil sejak memasuki 2016. Setelah kemenangan, kemudian munculah hasil imbang, atau malah kekalahan. Padahal para tifosi Inter sudah yakin kesebelasannya sudah bangkit pada musim ini. Mengingat penampilan gemilang Inter sampai sebelum Natal 2015. Perlu diketahui bahwa kebangkitan Inter di musim ini hanya berlaku selama paruh waktu. Selanjutnya, kenyataan mengatakan bahwa Inter belum sepenuhnya bangkit.

Bonus Referal 1% (Menang atau Kalah Tetap Dapat) Seumur Hidup
Promo Bonus 100% Deposit New Member Sporstbook
Promo Full Rollingan 0.7% CASINO
Promo Cashback 5 - 10 % Sporstbook
Mari bergabung bersama kami di rajavip.com
Untuk Informasi Selanjutnya silahkan menghubungi CS 24 jam kami
Yahoo Messenger : cs.rajavip@yahoo.com
Blackberry Messenger : 25A9E0D4
Livechat : Tersedia di website kami di www.rajavip.com
Via Hp : wap.rajavip.com

0 komentar :

Posting Komentar