Rabu, 14 Oktober 2015

Belanda Masih Jauh


RAJAVIP - Belanda memang bukan raja diraja dalam sepakbola. Tapi, setidaknya, Belanda pernah punya sumbangsih bernama "Total Football" yang ikut berperan dalam mengubah wajah sepakbola. "Total Football" adalah kenyataan sahih bahwa Belanda pernah berjaya lewat buah pemikiran. 

Lewat "Total Football", Belanda melahirkan orang bernama Johan Cruyff. Dari Johan Cruyff, lahirlah La Masia. Dari La Masia, kemudian muncul Pep Guardiola. Lalu, kita kemudian tahu bagaimana Guardiola merevolusi sepakbola di ujung dekade 2000-an.

Kendati tidak bergelimang piala, (sudah se)mestinya lewat "Total Football" Belanda bertepuk bangga. Lebih dari sekadar elok-elokan gaya main, "Total Football" adalah arogansi, ego, dan filosofi yang mereka pegang teguh.

Maka, jangan heran ketika Belanda melaju ke final Piala Dunia 2010, Cruyff mencak-mencak. Sang maestro kesal betul melihat gaya main yang diperagakan anak-anak asuh Bert van Marwijk --yang disebutnya buruk rupa. Cruyff tidak suka melihat Belanda menanggalkan "Total Football" dan beralih main pragmatis.

Saya menduga, andai Arjen Robben memenangi duel satu lawan satu dengan Iker Casillas lima tahun silam, dan Belanda keluar sebagai pemenang, Cruyff tetap tidak akan puas. Saya lantas membayangkan, ia menarikan jarinya di atas laptop, menulis satu atau dua kalimat pedas akan timnya Van Marwijk itu, lalu mempublikasikannya lewat kolomnya di De Telegraaf.

Memang begitulah watak Belanda: kukuh memegang idealisme. Cruyff, seperti diketahui, tidak hanya ingin sekadar timnya menang, tetapi juga menang dengan gaya. Dari sini saja, Cruyff sudah berbeda pandangan dengan Van Marwijk. Sudah jamak dan wajar terjadi pelatih bersitegang dan saling serang cuma gara-gara beda pandangan.

Cruyff pernah bersitegang dengan Louis van Gaal. Van Gaal pernah bersitegang dengan Ronald Koeman. Pelatih dengan pelatih, pelatih dengan pemain, pemain dengan pemain --dari waktu ke waktu bakal selalu ada dua individu Belanda yang bertengkar hanya karena berseberang paham. Penyebabnya, ya, itu tadi, kukuh memegang ego, idealisme, dan pemikiran masing-masing.

Van Gaal, sebagai contoh, juga berani meninggalkan sepakbola atraktif ketika menukangi Belanda pada Piala Dunia 2014. Sekali pun dianggap sebagai orang kaku nan keras kepala, dan amat menyukai permainan atraktif, Van Gaal tidak ragu menyentuh sisi pragmatis ketika memang dibutuhkan. Ini sesungguhnya menunjukkan bahwa Van Gaal tidak kaku-kaku amat.

Alih-alih memaksakan bermain dengan 4-3-3 kegemarannya, Van Gaal berani merombak formasi timnya di Piala Dunia 2014 menjadi 3-5-2 lantaran Kevin Strootman absen. "Kevin Strootman memang penting, tapi sayangnya hanya ada satu Kevin Strootman," ujar Van Gaal sebelum berangkat ke Brasil. Strootman --yang disebut pelatih AS Roma, Rudi Garcia, sebagai Lavatrice (si Mesin Cuci) karena bisa membenahi berbagai masalah di lini tengah-- diakui Van Gaal adalah kepingan terpenting dalam strateginya.

Tanpa Strootman, yang bisa menjadi jangkar untuk lini tengahnya, Van Gaal memilih untuk mengandalkan serangan balik. Tidak menyenangkan, memang, tapi setidaknya Van Gaal tidak clueless. Ia tahu apa yang ia lakukan.

Ditambah absennya Strootman, Van Gaal juga ikut mengkalkulasi jarak antarkota tempat Belanda akan bertanding, plus temperatur tiap kota yang akan disinggahi. Akhirnya, Van Gaal sampai pada kesimpulan bahwa pemain-pemain yang dipilihnya harus ekstra-bugar. Tidak peduli seberapa berbakatnya si pemain, jika ia tidak ekstra-bugar, Van Gaal tidak akan membawanya ke Brasil.

Van Gaal paham bahwa kualitas skuat yang dimilikinya tidak semewah yang dimiliki Van Marwijk pada Piala Dunia 2010 ataupun Guus Hiddink pada Piala Dunia 1998. Oleh karenanya, ia paham bahwa dirinya harus membuang jauh-jauh ego dan arogansi bernama "Total Football", lalu memungut sesuatu yang dianggap sampah oleh Cruyff bernama pragmatisme.

Suka atau tidak, idealisme Van Gaal itulah yang membuat Belanda --di tengah situasi keringnya regenerasi pemain dan minimnya bintang-- meraih prestasi mendingan: Tempat ketiga di Piala Dunia 2014. Medali perunggu di Brasil itu setidaknya menyelamatkan muka Oranje.

Van Gaal menunjukkan bahwa arogansi dan ego setidaknya harus diiringi oleh common sense dan kesadaran akan kondisi tubuh sendiri. Sampai di sini, Belanda semestinya mawas diri dan mengambil langkah introspektif, alih-alih ngotot mempertahankan ego.

Tapi, tidak demikian. Nyatanya, ego dan arogansi adalah kebanggaan sekaligus penyakit yang pelan-pelan melahap Belanda dari dalam. Hiddink, yang ditunjuk menggantikan Van Gaal, memilih untuk mengembalikan Belanda pada akarnya, yakni "Total Football". Hiddink agaknya lupa bahwa yang dimilikinya saat ini adalah sekelompok pemain yang belum terasah plus bintang-bintang tua yang energinya sudah digerus sejak lima tahun silam.

Ujung-ujungnya, ketika Belanda tertatih-tatih di kualifikasi Piala Eropa 2016, Hiddink balik menyalahkan kualitas liga negara sendiri dan pemain-pemain yang dihasilkan. Memang, dalam beberapa tahun terakhir, Eredivisie minim menghasilkan pemain yang benar-benar menjulang. Tim-tim mereka pun tidak bisa berbicara banyak di kancah turnamen antarklub Eropa. Imbasnya, Belanda (dan Eredivisie) kalah pamor dibandingkan Liga Portugal ataupun Rusia. Peringkat Belanda, sebagai sebuah liga, di daftar koefisiensi UEFA kini berada di bawah kedua negara tersebut.

Pelanjut Hiddink, Danny Blind, agaknya sama clueless-nya. Sama seperti orang yang ia gantikan, Blind juga memilih untuk mempertahankan sepakbola atraktif. Dalam beberapa laga kualifikasi terakhir, Belanda memang masih bisa menciptakan berbagai peluang. Namun demikian, mereka juga keropos di belakang. Tidak ada keseimbangan sama sekali di dalam permainan mereka. Padahal "Total Football" tidak melulu soal sepakbola menyerang, tetapi juga soal keseimbangan.

Di tangan Blind, Belanda akhirnya gagal melaju ke putaran final Piala Eropa 2016. Namun, apa yang mengkhawatirkan orang-orang Belanda di balik kegagalan tersebut, adalah bagaimana kemampuan mereka untuk meregenerasi skuat, pemain, hingga pelatih. 

Sampai regenerasi itu berjalan mulus, dan muncul pelatih yang ego dan kemampuan berpikir logisnya semua kuat, Belanda masih jauh (dari sempurna).
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------                                                                 -------------------------

Bonus Referal 1% (Menang atau Kalah Tetap Dapat) Seumur Hidup
Promo Bonus 100% Deposit New Member Sporstbook
Promo Full Rollingan 0.7% CASINO
Promo Cashback 5 - 10 % Sporstbook
Mari bergabung bersama kami di rajavip.com
Untuk Informasi Selanjutnya silahkan menghubungi CS 24 jam kami
Yahoo Messenger : cs.rajavip@yahoo.com
Blackberry Messenger : 25A9E0D4
Livechat : Tersedia di website kami di www.rajavip.com
Via Hp : www.rajavip.com

Proses Depo/WD Cepat, Aman, dan Terpecaya!


Nikamati Pelayanan Terbaik SAGAPOKER
Bonus Referral 10% Seumur Hidup
Melayani Bank BCA BNI BRI dan MANDIRI
Yahoo Messenger : cs.sagapoker@yahoo.com
Livechat :Tersedia di website kami di www.sagapoker.com
Via Hp : www.sagapoker.com
Pelayanan Tercepat Proses Deposit dan Withdraw 2Menit !

0 komentar :

Posting Komentar